PUJIAN DAN
PEYEMBAHAN
A. PUJIAN DAN PENYEMBAHAN
1. Pujian
a) Definisi Pujian
Pujian adalah ekspresi manusia berupa ungkapan hati
yang ditujukan kepada Allah, sebagai tanggapan atas perbuatan-Nya dan juga atas
diri pribadi Allah sendiri. Sebagai contoh pada saat bangsa Israel keluar dari
tanah Mesir dan diselamatkan oleh Allah dari pengejaran bangsa Mesir, pada saat
itulah pujian dinaikkan kepada Allah sebagai ungkapan hati mereka yang penuh
sukacita atas apa yang telah Allah lakukan kepada mereka (Kel. 14-15).
Pujian tumbuh dari rasa syukur kepada Allah, yaitu
ketika Allah turut mengambil bagian dalam problema kehidupan, maka pada saat
itulah rasa syukur dan terima kasih tercipta melalui pujian. Rasa syukur itulah
yang menjadi penggerak untuk memuji Allah. Pujian melibatkan pikiran yang yang
tertuju kepada Allah kemudian diwujudkan dalam tindakan yang merupakan
perbuatan yang memuji Allah.
Pujian kepada Allah lahir dari keputusan untuk
bersedia memuji, yang berarti terlepas dari keadaan atau perasaan baik atau buruk,
karena pada dasarnya pujian didasarkan atas kebesaran Allah.1 Artinya respons
yang terjadi atas perbuatan Allah yang menunjukkan kebesaran Allah, sehingga
manusia memuji Allah atas kebesaran-Nya dalam perbuatan-Nya atas kehidupan
manusia. Pujian memberikan kekuatan untuk meraih kemenangan atas masalah,
tekanan dalam kehidupan manusia. Pujian adalah merupakan senjata yang Allah
letakkan dalam diri setiap orang-orang percaya sejak mulai ada dalam dunia
(Mat. 21:16) untuk mengalahkan kuasa kegelapan.
Pujian merupakan ekspresi iman yang menunjukkan
kepercayaan manusia kepada-Nya atas kuasa-Nya yang bekerja dalam diri tiap
orang percaya. Ekspresi iman yang percaya bahwa Allah mengasihi semua orang
khususnya yang percaya kepada-Nya. Sehingga Allah melimpahkan berkat serta
mujizat dalam kehidupan orang percaya.
Pujian diberikan kepada Allah karena memang Allah layak dipuji (Mzm. 135). Pujian yang dinaikkan kepada Allah tidak mempengaruhi eksistensi Allah sebagai Allah, sebab Ia tetap adalah Allah lepas dari apakah manusia memuji Dia atau tidak.
Pujian diberikan kepada Allah karena memang Allah layak dipuji (Mzm. 135). Pujian yang dinaikkan kepada Allah tidak mempengaruhi eksistensi Allah sebagai Allah, sebab Ia tetap adalah Allah lepas dari apakah manusia memuji Dia atau tidak.
b) Istilah Pujian dalam Alkitab
1) Dalam Perjanjian Lama
·
Halal
Halal memiliki arti membanggakan, merayakan,
menghargai. Kata halal berasal dari kata helel yang berarti pemancaran
benda-benda sorgawi. Jadi maksud dari kata halal adalah menjadi terang
bercahaya (transparan), menyanjung, merayakan dengan sorak-sorai. Kata halal
dalam Perjanjian Lama digunakan sebanyak 113 kali. Bentuk pujian ini harus
dipersembahkan dalam suatu sikap kegirangan. Contoh puji-pujian dalam Mazmur.
44:9 “Karena Allah, kami nyanyikan puji-pujian”; Mazmur. 18:4 “Terpujilah
Tuhan”. Ada kesan bahwa umat Allah harus bermegah-megah mengenai Tuhan.
·
Zamar
Zamar memiliki arti memainkan beberapa alat musik,
memberikan pujian atau menyanyikan pujian, bermazmur, puji-pujian yang
dinyanyikan dengan diiringi dengan alat musik.4 Contoh ayat dalam Firman Tuhan
adalah dalam Mazmur 47: 6-7; 57:8-9; 68:4-5; 144:9; 147:7
·
Yadah
Yadah memiliki arti bersyukur atau memuji, pujian,
mengakui, berterima kasih. Mengungkapkan suatu tindakan rasa syukur dan terima
kasih yang keluar dari hati (Mzm. 111:1; 42:5; 20:1; 43:4)
·
Sabach
Sabach memiliki arti pujian, kemenangan, kemuliaan,
pemujaan dengan suara keras. Kata ini menggambarkan ketika umat Israel berada
dalam tabernakel dimana semua orang memuji Tuhan dengan suara gaduh. (Mzm.
63:4; 117:1).
·
Tehillah
Tehillah memiliki arti penyanjungan, sebuah kidung
pujian yang selayaknya karena kebajikan-kebajikan. Menyanyi dengan luapan
sukacita. Cara ini dipakai dalam konteks sukacita yang meluap-luap. Kata ini
dipakai dalam Perjanjian Lama sebanyak 57 kali. Contoh dalam Alkitab yaitu
dalam Mazmur 40:3; 22:4; 33:1; 34:2.
2) Dalam Perjanjian Baru
·
Epainos
Epainos memiliki arti pujian atau penghargaan. Berasal
dari bahasa Yunani yang berhubungan dengan kemuliaan Allah. Contoh dalam Firman
Allah adalah dalam Matius 21:16 yang dalam bahasa Inggris yaitu Laudation,
Praise.
·
Eulogeo
Eulogeo memiliki arti memuji, menyanjung. Contoh dalam
Alkitab yaitu dalam Matius 21:9 yang memakai kata Eulogemenos yang berarti
Blessed yaitu memuji; Markus 11:9; Lukas 1:64; 2:28.
·
Ainos
Ainos berasal dari kata Aineo yang memiliki arti
memuji, menyanjung. Dalam Perjanjian Baru, kata ini digunakan sebanyak 8 kali.
Contoh dalam Matius 21:16 memakai kata Ainon yang dalam bahasa Inggris
disebutkan Praise of God yang berarti memuji Allah; Lukas 18:43. Kata Ainos
juga diartikan sebagai pujian yang dihubungkan dengan suatu keagamaan.
·
Humneo
Humneo memiliki arti pujian, menyanyi atau memuji,
menyanjung. Contoh ayat dalam Firman Tuhan yaitu dalam Markus 14:26 yang dalam
bahasa Inggris disebutkan to celebrate God in song yang berarti menyanjung
Allah dengan nyanyian.
2. Penyembahan
1) Definisi Penyembahan
Penyembahan lahir dari pengenalan akan Allah.
Pengenalan akan Allah tersebut lahir dari inisiatif Allah yang terlebih dahulu
menyatakan diri-Nya kepada manusia, yaitu lewat karya penebusan-Nya di kayu
salib untuk menunjukkan kasih-Nya kepada manusia. Sehingga dari kasih Allah
tersebut, menimbulkan kasih dalam diri orang percaya. Ketika orang percaya
benar-benar mengasihi Allah berarti dalam seluruh kehidupannya, mereka
menempatkan Allah menjadi yang terutama. Menurut Zschech “Inti penyembahan
adalah pada saat orang percaya telah memberikan tempat yang terutama bagi
Tuhan, dan hal itu adalah hal yang mutlak dalam penyembahan.”
Penyembahan adalah tindakan yang dipenuhi pemujaan,
rasa tunduk dan hormat kepada Tuhan (Mzm. 95:1-2; 96:1-3). Dalam hal ini juga
penyembahan merupakan tindakan roh manusia saat berkomunikasi dengan Allah yang
terwujud dalam ekspresi lahiriah. Artinya, ketika roh manusia menyembah Allah,
ungkapan hati mereka diwujudkan dalam ekspresi fisik yang bervariatif.
Penyembahan merupakan sebuah aksi yang bebas dalam
mengekspresikan kasih kepada Allah (Mzm. 18:1-2). Artinya bahwa penyembahan
dapat terjadi kapan saja. Karena penyembahan tidak tergantung pada situasi atau
hal-hal yang berada di luar manusia seperti, sarana atau fasilitas yang
sekirannya dapat membantu penyembahan manusia kepada Allah, dan tempat yang
juga sekirannya dianggap dapat mewadahi penyembahan manusia kepada Allah.
Penyembahan merupakan suatu bentuk respon yang tepat kepada Allah yang telah
memberikan segala sesuatu, yang bertahta dalam kekekalan, kepada Raja segala
raja dan Tuhan segala tuhan. Penyembahan adalah menyembah dengan seluruh
keberadaan diri manusia yang memiliki pikiran dan perasaan dan kehendak yang
ditaklukkan di bawah kaki Kristus.
Penyembahan adalah bertemu dengan Allah, mengenal
serta mengalami ke dalam diri-Nya, memberi syukur serta pujian atas apa yang
telah Ia perbuat.
Menyembah berarti bahwa umat Allah atau orang-orang percaya sedang menyambut Allah untuk berkuasa atas pribadi mereka, menyatukan sifat serta gambar diri-Nya dalam kehidupan mereka, sehingga dibawa kepada suatu tujuan yaitu menjadi serupa dengan Kristus.
Menyembah berarti bahwa umat Allah atau orang-orang percaya sedang menyambut Allah untuk berkuasa atas pribadi mereka, menyatukan sifat serta gambar diri-Nya dalam kehidupan mereka, sehingga dibawa kepada suatu tujuan yaitu menjadi serupa dengan Kristus.
2) Istilah Penyembahan dalam Alkitab
Dalam Perjanjian Lama
·
Barak
Barak memiliki arti berlutut, memuliakan Allah
(sebagai suatu tindakan memuja). Kata ini ditemukan sebanyak 289 kali dalam
Perjanjian Lama. Contoh dalam Firman Tuhan yaitu dalam Ulangan 8:10; Mazmur
10:1. Dalam Ulangan 8:10 memakai kata Baw-rak yang berarti to kneel to bless
God as an act of adoration yaitu bersujud dengan maksud untuk memuji Allah
sebagai suatu tindakan memuliakan Allah.
·
Sachah
Sachah memiliki arti menyembah, meniarapkan diri,
membungkuk, menundukkan badan, melakukan penyembahan. Secara spesifik kata ini
dipakai untuk mengartikan kata bersujud, berharap sebagai tindakan
penghormatan. Contoh dalam Firman Tuhan yaitu dalam Kejadian 37:7, 9, 10, 12;
Imamat 26:1 memakai kata Sachah yang memiliki arti Prostrate; especialy reflex
in homage to royalty or God yaitu bersujud; khususnya suatu tindakan dalam
penghormatan kepada raja atau kepada Tuhan. Arti yang lain yaitu Bow down yang
berarti bersujud.
2)
Dalam Perjanjian Baru
·
Latrueo
Latrueo memiliki arti melayani, menyembah Allah dengan
taat dalam setiap upacara yang diadakan untuk menyembah Dia.15 Dalam Perjanjian
Baru, kata ini digunakan sebanyak 21 kali. Dan dalam Perjanjian Lama digunakan
sebanyak 90 kali. Contoh dalam Alkitab yaitu dalam Lukas 2:37; Kisah para rasul
26:7; Ibrani 12:8. kata Latrueo digunakan dalam konteks pelayanan suatu ibadah,
artinya bahwa kata ini sering digunakan dalam hubungannya dengan penyembahan
ceremonial dalam tata cara pengorbanan dalam Perjanjian Lama. Sedangkan dalam
Perjanjian Baru kata ini menyatakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh
orang-orang Ibrani, yang pelayanannya bukan ditujukan kepada orang lain melainkan
kepada Allah.
·
Sebomai
Sebomai memiliki arti menyembah. Kata Sebomai berasal
dari kata Sebas” yang berarti takut yang mengacu kepada pengertian suatu
kekaguman. Dalam Perjanjian baru istilah ini digunakan sebanyak 8 kali. Contoh
dalam Alkitab yaitu dalam Markus 7:7 Sebomai yang berarti to revere yang
berarti memuja, Adore yang berarti menyanjung dan Worship yang berarti
menyembah.
·
Proskuneo
Proskuneo berarti penyembahan (Yoh. 4:20-24),
melakukan penghormatan kepada…, Prostration in homage yang berarti sujud dalam
penghormatan. arti lain yaitu mencium sebagai bukti penghormatan. Kata ini
digunakan sebanyak 60 kali dalam Alkitab.
3. Pujian dan Penyembahan
a) Pujian dan penyembahan dalam Alkitab
·
Makna Pujian dan Penyembahan dalam Perjanjian Lama
Pujian dan penyembahan dalam Perjanjian Lama bersifat
progresif yang terus berkembang dan berkesinambungan. Ketika Allah menyatakan
diri kepada umat-Nya selalu disesuaikan dengan keadaan serta situasi yang
senantiasa berubah-ubah saat itu. Selain itu pujian dan penyembahan pada masa
Perjanjian Lama bersifat Liturgikal, yaitu bahwa Allah menetapkan suatu tata
cara kepada umat-Nya supaya mereka dapat menghampiri Allah. Satu ciri khas
liturgikal pujian dan penyembahan yang dilakukan umat Israel adalah berupa
pengorbanan.
Pengorbanan merupakan unsur dalam pujian dan
penyembahan umat Israel. Pengorbanan ini bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur
kepada Tuhan serta pengampunan atas dosa-dosa mereka. Mempersembahkan korban
adalah suatu jalan untuk memulihkan persekutuan manusia dengan Allah.
Makna pujian dan penyembahan dalam Perjanjian Lama
adalah bahwa umat Israel pada masa itu memiliki tradisi dalam penyembahan yang
bersifat keimamatan, pemujaan, ketundukan kepada otoritas tertinggi dan
bersifat turun temurun. Artinya bahwa
tradisi dalam penyembahan mereka kepada Allah ialah melalui imam yang bisa
berhubungan langsung kepada Allah. Dan imam tersebut adalah jabatan yang
bersifat turun temurun yang berasal dari keturunan Lewi. Dan dalam kehidupan
pemerintahan umat Israel secara langsung tunduk kepada Allah sebagai penguasa
tertinggi dan dalam penyembahan atau pemujaan mereka adalah ditujukan secara
langsung kepada Allah sebagai otoritas atau pemegang kekuasaan tertinggi.
Selain itu makna pujian dan penyembahan dalam Perjanjian Lama, tepatnya adalah
respons atau tanggapan atas perbuatan Allah dalam kehidupan umat Israel saat
itu.
Sehubungan dengan pujian dan penyembahan umat Israel
saat itu, Allah memilih kemah suci sebagai tempat Ia hadir secara khusus dalam
menyatakan diri-Nya.
Makna pujian dan penyembahan dalam Perjanjian Lama, khususnya pada jaman sebelum masa keluarnya bangsa Israel dari Mesir adalah respon atau tanggapan atas pernyataan Allah kepada manusia, respon atau tanggapan yang menyatakan keyakinan atau ucapan syukur atas janji-janji Allah saat Ia menyatakan Diri. Sebagai contoh pada masa Abraham, Ishak dan Yakub, Allah sering menampakkan kepada mereka dengan menyatakan bahwa Dia adalah Allah yang kudus dan Allah yang menggenapi setiap janji-janji-Nya.
Makna pujian dan penyembahan dalam Perjanjian Lama, khususnya pada jaman sebelum masa keluarnya bangsa Israel dari Mesir adalah respon atau tanggapan atas pernyataan Allah kepada manusia, respon atau tanggapan yang menyatakan keyakinan atau ucapan syukur atas janji-janji Allah saat Ia menyatakan Diri. Sebagai contoh pada masa Abraham, Ishak dan Yakub, Allah sering menampakkan kepada mereka dengan menyatakan bahwa Dia adalah Allah yang kudus dan Allah yang menggenapi setiap janji-janji-Nya.
·
Makna Pujian dan Penyembahan dalam Perjanjian Baru
Pujian dan penyembahan dalam Perjanjian Baru adalah
penggenapan pewahyuan Allah selama masa Perjanjian Lama yaitu pernyataan diri
Allah kepada umat Israel yang bertujuan untuk memperkenalkan diri-Nya agar
terjadi hubungan antara Allah dengan umat-Nya.
Penggenapan tersebut terjadi dalam pribadi Yesus
Kristus (Yoh. 1:18). Yesus telah menjadi dasar pujian dan penyembahan. Umat
Allah tidak lagi menghadap Allah dengan suatu bentuk liturgi umat Israel pada
masa Perjanjian Lama, melainkan dalam Roh dan Kebenaran (Yoh. 4:23-24).
Adapun makna pujian dan penyembahan dalam Perjanjian
Baru adalah Yesus memulihkan kembali persekutuan antara manusia dengan Allah
melalui karya penebusan-Nya. Keselamatan yang dianugerahkan oleh Yesus merupakan
penggenapan dari pewahyuan Allah, McArthur mengatakan: “Bapa mengutus Kristus
untuk mencari dan menyelamatkan dengan tujuan khusus, untuk menghasilkan umat
yang menyembah.” Sehingga orang-orang percaya dapat menyembah kepada Yesus
dalam Roh dan kebenaran (Yoh. 4:23-24).
Menurut Barclay pujian dan penyembahan dalam Perjanjian Baru “Seperti terkoyak dan tersingkapnya tabir bait suci yang membuka jalan ke hadirat Allah, demikian halnya tubuh Kristus menyingkapkan kebesaran yang sepenuhnya dari kasih-Nya yang sekaligus membuka jalan menuju kepada Allah.22” Yaitu tentang Yesus sebagai jalan kebenaran dan hidup (Yoh. 14:6).
Menurut Barclay pujian dan penyembahan dalam Perjanjian Baru “Seperti terkoyak dan tersingkapnya tabir bait suci yang membuka jalan ke hadirat Allah, demikian halnya tubuh Kristus menyingkapkan kebesaran yang sepenuhnya dari kasih-Nya yang sekaligus membuka jalan menuju kepada Allah.22” Yaitu tentang Yesus sebagai jalan kebenaran dan hidup (Yoh. 14:6).
Makna pujian dan penyembahan dalam Perjanjian Baru
selain pada saat Yesus yang mengatakan kepada wanita Samaria (Yoh. 4:23)
tentang penyembahan yang benar adalah terutama tentang Roh dan Kebenaran23,
tradisi penyembahan dalam Perjanjian Baru setelah masa Yesus adalah bersifat
perhimpunan atau perkumpulan. Contoh dalam Kisah para rasul 2:46.
b) Dampak pujian dan penyembahan
Pada saat pujian dan penyembahan dinaikkan kepada
Allah dengan penuh iman, maka iman yang menunjukkan kepercayaan bahwa Allah
bekerja dengan kuasa-Nya di dalam diri manusia sehingga mendatangkan kekuatan
yang dapat mengubah keadaan. Seperti pada saat manusia diperhadapkan dengan
tekanan atau permasalahan, maka iman yang menyatakan kepercayaan manusia
tersebut kepada Allah, yakin bahwa Allah bekerja dalam dirinya untuk memberi
kemampuan dalam mengatasi masalah. Sebagai contoh ketika raja Yosafat menaikkan
pujian (ay. 19) dan penyembahan (ay. 18) kepada Allah disertai dengan iman
sehingga mendatangkan kekuatan yang mengalahkan situasi terjepit (II Taw.
20:1-30).
Allah dari semula meletakkan pujian dalam mulut setiap orang percaya sebagai senjata untuk membungkam musuh (Mat. 21:16), menurut Cornwal mengatakan: “Pujian adalah sangat berkuasa, keefektifannya abadi, karena pujianlah umat Allah sanggup bertindak dalam dunia roh. Pujian menyanggupkan umat Allah bertempur melawan orang-orang durhaka, kuasa-kuasa kegelapan serta memperoleh kemenangan atas mereka.”
Allah dari semula meletakkan pujian dalam mulut setiap orang percaya sebagai senjata untuk membungkam musuh (Mat. 21:16), menurut Cornwal mengatakan: “Pujian adalah sangat berkuasa, keefektifannya abadi, karena pujianlah umat Allah sanggup bertindak dalam dunia roh. Pujian menyanggupkan umat Allah bertempur melawan orang-orang durhaka, kuasa-kuasa kegelapan serta memperoleh kemenangan atas mereka.”
Pada saat menaikkan pujian dan penyembahan, berarti
memberikan atau menyalurkan kuasa Allah dalam diri manusia atau Allah
memampukan orang percaya yang pada akhirnya dapat mengubah keadaan serta
memberi dampak. Dampak yang terjadi pada saat pujian dan penyembahan dinaikkan
antara lain:
·
Musuh dapat dikalahkan.
Pada saat umat Allah meninggikan nama Allah dalam
pujian dan penyembahan, pada saat yang sama pula kuasa kegelapan dihancurkan.
Sebagai contoh pada saat raja Saul diganggu oleh roh jahat, Daud diperintahkan
oleh raja Saul untuk menghiburkan hatinya. Pada saat Daud menaikkan pujian dan
penyembahan kepada Allah melalui permainan kecapi, maka pada saat yang sama
pula roh jahat undur dari pada raja Saul (I Sam. 16:14, 16, 19, 22-23).
Pujian dan penyembahan merupakan sarana yang Allah
pakai dalam menyatakan kuasa-Nya untuk mengusir kuasa kegelapan yang mengikat
kehidupan manusia pada masa kini. Pada saat pujian dan penyembahan dinaikkan
kepada Allah, saat itu juga Allah berperang secara adikodrati melawan
kuasa-kuasa kegelapan.
·
Pujian dan penyembahan dapat mempererat hubungan
manusia dengan Allah
Allah memanggil orang percaya kepada suatu pengenalan
yang intim dengan Allah. Allah ingin supaya umat Allah secara pribadi dapat
mengenal-Nya. Pujian dan penyembahan adalah salah satu cara dimana Allah
menyatakan diri-Nya untuk dapat dikenal oleh umat-Nya. Menurut Hinn: “Pujian
memperkenalkan saya kepada Dia, dan penyembahan adalah ketika saya menyerahkan
hati saya kepada-Nya.” Dengan demikian melalui pujian dan penyembahan selain
akan membuat orang-orang percaya bertumbuh dalam kehidupan kekristenan mereka,
juga dapat membuat mereka bertumbuh dalam pengenalan kepada Kristus.
Pujian dan penyembahan yang dilakukan umat percaya
dengan hati yang tulus dan penuh kerinduan untuk bersekutu dengan Tuhan,
menyebabkan mereka semakin menyadari kuasa, kebesaran serta kasih, kesetian
serta keajaiban Allah dan semakin mereka membangun hubungan intim dengan Tuhan.
·
Pujian dan penyembahan memberikan kekuatan bagi orang
percaya
Pujian dan penyembahan adalah salah satu cara umat
Allah untuk mengekspresikan iman kepada Allah. Manusia cenderung menjadi lemah
pada saat menghadapi suatu permasalahan. Bila pujian dan penyembahan dinaikkan
kepada Allah, dengan iman yang penuh keyakinan sebagai sikap yang penuh syukur,
maka Allah akan bertindak (Ayb. 9:16; Mzm. 3:5; 18:7). Sebagai contoh raja Daud
menaikkkan pujian dan penyembahan pada saat ia berada dalam pengejaran.
c) Alasan Manusia Memuji dan Menyembah Allah
Sebagai umat Allah yang telah mengalami penebusan oleh
darah Yesus harus dapat mengerti betapa pentingnya hidup dalam persekutuan
dengan Allah, karena sangat besar manfaatnya apabila umat Allah memuji dan
menyembah Allah dalam suatu kehidupan yang bersekutu dengan Allah. Ada beberapa
alasan mengapa umat Allah memuji dan menyembah Allah.
·
Manusia diciptakan oleh Allah untuk memuji dan
menyembah Allah. Dalam Katekismus singkat Westminster mencatat bahwa tujuan
Allah ketika menciptakan manusia adalah mempermuliakan Allah serta
memperkenankan Dia selamanya. (Why. 4:11; Mzm. 73:25-26; I Kor. 10:31).27
·
Allah memerintahkan manusia untuk melakukan hal itu
(Mzm. 150:1).
·
Allah bersemayam diatas pujian umat-Nya (Mzm. 22:4).
·
Allah patut dipuji atas semua perbuatan-Nya (Mzm. 135)
·
Allah layak atas penyembahan manusia. Kebesaran Allah
dan kebaikan-Nya yang tidak terbatas, membuat Dia memang layak atas pengakuan
dan penghargaan manusia sebagai Allah yang Maha Kuasa.
·
Allah memberi kemampuan ilahi kepada setiap orang
percaya yang telah ditebus oleh darah Yesus. Kemampuan ilahi itu adalah memuji
dan menyembah Allah.
·
Pujian dan penyembahan adalah ungkapan hati manusia
yang penuh sukacita dan ucapan syukur serta terima kasih dengan cara berupa
sikap penghargaan dan penghormatan yang ingin ditujukan kepada Tuhan.
·
Pujian dan penyembahan adalah sebagai senjata rohani
yang Allah tempatkan dalam diri orang-orang percaya untuk mengalahkan musuh
(Mzm. 149:6-9).
·
Pujian dan penyembahan kepada Allah mendatangkan
mujizat (II Taw. 20:21).
·
Pada saat memuji dan menyembah Allah, maka hubungan
dan pengenalan kepada Allah semakin bertumbuh.
·
Pujian dan penyembahan yang dinaikkan kepada Allah,
menyenangkan hati Allah.
·
Pujian dan penyembahan mewujudkan suatu kehidupan yang
memuliakan Allah.
d) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pujian dan Penyembahan
·
Roh Kudus
Roma 8:15-16 “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan
yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang
menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!",
Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak
Allah”. Roh Kudus memampukan orang-orang percaya untuk dapat bersekutu dengan
Allah, dengan bersaksi bersama-sama mereka yang menyatakan bahwa mereka adalah
anak-anak Allah.
·
Sumber daya manusia
Faktor sumber daya manusia juga menentukan kualitas
dalam pelayanan pujian dan penyembahan. Dengan kata lain, adanya orang-orang
yang berkualitas dalam bidang pujian dan penyembahan. Sebagai contoh orang yang
melayani khusus di bidang musik, orang yang khusus melayani sebagai penyanyi
dan pemimpin pujian. Dengan kata lain yaitu orang-orang yang terpilih untuk
dihadapan Tuhan sebagai imam yang membawa umat Allah ke hadapan Allah.
Kualitas dari keindahan musik itu sangat dipengaruhi
oleh kemampuan dari orang yang memainkannya, walaupun dalam pelayanan pujian
dan penyembahan keahlian dalam memainkan suatu alat musik tidak mutlak
diperlukan, tetapi akan lebih baik apabila kemampuan yang baik dari orang-orang
yang berkualitas dalam bidang masing-masing tersebut disertai dengan pimpinan
Roh Kudus.
·
Sarana atau Fasilitas
Musik merupakan pendukung pujian dan penyembahan juga
merupakan sarana ungkapan terima kasih dan rasa syukur umat Allah atas
kehidupan yang telah diubahkan. Musik juga dapat dipakai untuk mengungkapkan
kekaguman atas pribadi Yesus sebagai Allah pencipta, penebus dan sebagai juru
selamat.
Dalam Firman Allah, musik diperdengarkan pada saat
bangsa Israel bebas dari pengejaran bangsa Mesir, saat itulah pujian dan
penyembahan dinaikkan kepada Allah dengan diiringi oleh permainan kecapi dan
rebana (Kel. 15:20).
Alat musik adalah komponen penunjang pujian dan
penyembahan. Dalam Perjanjian Lama, pada masa raja Daud, atas perintah Tuhan
melalui nabi-Nya yang bernama Gad sang pelihat, supaya ditempatkan dalam rumah
Tuhan yaitu orang-orang Lewi dengan ceracap, gambus dan kecapi (II Taw. 29:25).
Dan pada masa sekarang ini, alat musik tetap merupakan komponen penunjang dalam
pujian dan penyembahan.
e.
Hambatan dalam Pujian dan
Penyembahan
Roma 7:18-19 “Sebab aku tahu bahwa di dalam aku, yaitu
di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak
memang ada didalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa
yang aku kehendaki yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak
aku kehendaki yaitu yang jahat yang aku perbuat”.
Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa sebenarnya dalam diri manusia menghendaki apa yang baik tetapi tidak dapat melaksanakannya. Tetapi perbuatan-perbuatan yang tidak baik yang tidak ingin dilakukan justru dilakukan.
Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa sebenarnya dalam diri manusia menghendaki apa yang baik tetapi tidak dapat melaksanakannya. Tetapi perbuatan-perbuatan yang tidak baik yang tidak ingin dilakukan justru dilakukan.
Ini adalah sebuah pergumulan dalam diri manusia, pada
saat hendak memuji dan menyembah Allah. Sebuah kekuatan yang ada dalam diri
manusia yang berusaha mencegah keintiman pribadi dengan Allah yaitu diri manusia
itu sendiri. Antara lain dosa, kebiasaan, perasaan bersalah atau intimidasi
iblis, aktivitas, tekanan atau permasalahan.
·
Dosa
Matius 5:23-24 mengatakan “Sebab itu, jika engkau
mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang
ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan
mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk
mempersembahkan persembahanmu itu.” Penghalang hubungan orang percaya dengan
Allah adalah dosa. Allah tidak berkenan atas dosa, pada saat hendak menghadap
Dia dalam pujian dan penyembahan. Dosa adalah penghalang hubungan antara Allah
dengan umat-Nya dan merupakan penghalang untuk dapat masuk dalam hadirat Allah.
Allah menghendaki umat-Nya berseru dengan hati yang murni (II Tim. 2:22).
·
Kebiasaan
Menganggap bahwa pelayanan pujian dan penyembahan
adalah suatu kegiatan biasa yang hanya dilaksanakan dalam kegiatan ibadah saja.
Akibatnya kurang adanya aplikasi hidup dari pelayanan pujian dan penyembahan. Yaitu
tidak membangkitkan kerinduan kepada Allah dalam pujian dan penyembahan serta
kreativitas dalam pelayanan. Setiap orang percaya mengetahui bahwa dalam
hatinya mereka perlu memuji dan menyembah Allah. Akan tetapi bagi beberapa
orang dewasa ini pelayanan pujian dan penyembahan dalam suatu ibadah menjadi
suatu kebiasaan saja.
·
Intimidasi iblis
Dosa merupakan penghalang umat Allah untuk dapat
menghadap Allah, penghambat untuk dapat memuji dan menyembah Allah. Ketika umat
Allah telah memohon pengampunan dari Allah melalui iman yang percaya kepada
Allah, itu berarti bahwa Allah telah memperkenankan umat-Nya untuk memuji dan
menyembah-Nya. Tetapi terkadang iblis mencoba untuk mengingatkan kembali
kesalahan dan dosa-dosa yang pernah terjadi di masa lalu, sehingga timbul
perasaan bersalah, perasaan tidak layak yang mengakibatkan manusia menjadi
tidak percaya diri dan takut untuk menghadap Allah dalam persekutuan pujian dan
penyembahan.
Perasaan bersalah dan perasaan tidak layak adalah
merupakan intimidasi iblis untuk menjatuhkan iman orang-orang percaya bahwa
mereka sebenarnya telah mendapatkan pengampunan (I Yoh. 1:9).
·
Permasalahan
Ketika manusia mengahadapi permasalahan dalam hidup
mereka, fokus mereka menjadi berubah, pikiran mereka dipenuhi dengan banyak
hal, banyak tuntutan dari permasalahan itu yang terkadang dapat membuat hati
sulit untuk dapat bersyukur kepada Allah dalam pujian dan penyembahan. Pada
saat tekanan atau masalah muncul dalam perjalanan kehidupan manusia, perhatian
mereka terfokus kepada apa yang terjadi, sehingga dalam memberikan perhatiannya
kepada Allah seperti dalam persekutuan doa, dalam suatu ibadah kepada Tuhan,
mereka cenderung menjadi tidak bisa berkonsentrasi pada saat memuji dan
menyembah.
·
Kesibukan
Aktivitas yang berlebihan bisa membuat persekutuan
pribadi dengan Allah menjadi berkurang dan tidak ada kedisiplinan dalam hal
waktu yang seharusnya diberikan kepada Allah. Aktivitas yang terlalu banyak
juga dapat mengakibatkan seseorang kurang dapat berkonsentrasi saat memuji dan
menyembah. Sebagai contoh kisah tentang Marta dan Maria, pada saat Yesus pergi
ke tempat dimana mereka tinggal (Luk. 10:40-42). Martha sibuk dengan semua
persiapan yang harus ia kerjakan, tanpa mengerti bagian yang terbaik yang
seharusnya ia ambil yaitu duduk dibawah kaki Yesus. Lain halnya dengan Maria
yang tahu bagian terbaik yang ia ambil yaitu lepas dari semua kesibukan dan
segala aktivitasnya untuk memberikan waktu bagi Tuhan yaitu tinggal dalam
hadirat-Nya.
Aktivitas pelayanan juga tidak dapat menggantikan persekutuan
pribadi dengan Allah. Disiplin dalam meluangkan waktu pribadi dengan Allah
adalah tidak bisa tidak bagi orang-orang percaya dengan maksud agar supaya
kehidupan bersekutu dengan Allah akan senantiasa terus terjaga.
e) Ekspresi Pujian dan Penyembahan
·
Menyanyi (Mzm. 47:7; 69:31-32; 98:1; 101:1; 105:2;
147:7; I Taw. 5:12). Fungsi dari menyanyi adalah memberi kita rasa bebas dalam
puji-pujian.29 Menyanyi adalah ekspresi dari hati yang terungkap dalam pujian
dan penyembahan kepada Allah. Alkitab memberitahukan bahwa Allah memberi umat-Nya
nyanyian (Mzm. 40:4).
·
Mengangkat kepala (Mzm. 123:1). Merupakan ekspresi
jiwa seseorang yang berharap kepada Allah, juga dapat berarti suatu kekaguman.
·
Menadahkan tangan (Mzm. 143:6). Sikap ini
menggambarkan suatu kerinduan akan Allah.
·
Berteriak (Mzm. 28:2). Merupakan ekspresi yang
menyatakan hati yang bersukacita kepada Allah.
·
Menari (Mzm. 150:4; I Sam. 6:14-16). Menari adalah
menggambarkan sikap hati yang penuh syukur.
·
Berjalan dan melompat (Kis. 3:8). Merupakan ekspresi
bersukacita atas perbuatan Allah.
·
Bersorak-sorai (Why. 19:6; Flp. 4:4; Yes. 61:10; Mzm.
149:2; Ef. 5:9). Ekspresi yang menggambarkan luapan hati yang bersukacita
dengan menimbulkan suasana yang gaduh, berisik.
·
Memainkan alat musik (I Taw. 23:5; II Taw. 2:12; Mzm.
150:3-5). Merupakan anjuran dalam Firman Allah. Paulus paling sedikit dua kali
menganjurkan orang-orang percaya untuk bermazmur (Ef. 5:18-19; Kol. 3:16). Arti
mazmur itu sendiri adalah nyanyian pujian yang diiringi oleh kecapi atau alat
musik30.
·
Berbahasa roh dan berbahasa asing (Kis. 2:4, 8-11).
·
Menyanyi dalam bahasa roh (I Kor. 14:15).
·
Bertepuk tangan (Mzm. 47:2; 149:3; II Raj. 11:12).31
Merupakan salah satu cara dimana Allah memerintahkan umat-Nya dalam memuji
Tuhan. Bertepuk tangan adalah ekspresi yang menujukkan betapa senang hati
orang-orang percaya kepada Tuhan.
·
Berdiam diri (Mzm. 46:11; Hab. 2:20).
·
Tertawa (Mzm. 126:1-2; Pkh. 3:4). Merupakan ekspresi
yang menggambarkan luapan ucapan syukur serta sukacita kepada Allah, pada saat
Allah telah memulihkan keadaan orang-orang percaya dari tekanan atau
permasalahan.
·
Membungkuk, tersungkur, bersujud (Flp. 2:10; Mzm.
95:6; Why. 19:4). Merupakan ekspresi sikap hati yang menunjukkan suatu
penghormatan kepada Tuhan, dan merupakan suatu sikap hati yang mau merendahkan
diri dihadapan Tuhan.
4. Macam-macam Pujian dan Penyembahan
Pujian dan penyembahan dapat dilakukan secara pribadi
melalui persekutuan pribadi ataupun dapat dilakukan secara bersama-sama melalui
pertemuan-pertemuan ibadah (persekutuan bersama-sama).
·
Pujian dan penyembahan secara pribadi
Persekutuan dengan Allah secara pribadi dimaksudkan
agar tiap pribadi memiliki hubungan lebih dekat dengan Allah. Persekutuan
secara pribadi memungkinkan bagi manusia untuk lebih leluasa dan lebih terbuka,
kepada Allah, ketika hendak menyampaikan segala perasaan hati, permasalahan
bahkan pergumulan hidup mereka, tanpa takut diketahui oleh orang lain. Dalam
pujian dan penyembahan kepada Allah, orang percaya dapat menyampaikan ungkapan
hati secara pribadi kepada Allah.
·
Pujian dan penyembahan secara bersama
Pujian dan penyembahan yang dilakukan secara kelompok
baik dalam gereja maupun dalam suatu persekutuan kelompok kecil, menyebabkan
iman semakin kokoh. Pada saat umat Allah berkumpul bersama, memuji dan
menyembah Allah dengan bersehati maka Allah dapat memakai orang lain untuk
memberikan jawaban atas persoalan-persoalan pribadi. Misalnya lewat mazmur yang
disampaikan atau kata-kata pujian yang bisa dijadikan peneguhan. Dalam Pujian dan penyembahan secara kelompok,
dapat mempersatukan atau mempererat tubuh Kristus. Pujian dan penyembahan
secara bersama-sama adalah sarana dimana umat Allah dapat saling membangun,
saling menguatkan, saling menasihati, bekerja sama.
Dalam Perjanjian Lama, pujian dan penyembahan secara bersama-sama telah dilakukan oleh umat Israel. Mereka mempersembahkan pujian dan penyembahan kepada Tuhan dalam bentuk nyanyian bersama-sama. Mereka sering mempersembahkan puji-pujian yang diringi kecapi, terompet, seruling, canang dan rebana. Kadang-kadang mereka memuji Tuhan dengan memakai gerakan seperti bertepuk tangan, meloncat-loncat penuh sukacita, bersorak-sorai penuh kemenangan.
Dalam Perjanjian Lama, pujian dan penyembahan secara bersama-sama telah dilakukan oleh umat Israel. Mereka mempersembahkan pujian dan penyembahan kepada Tuhan dalam bentuk nyanyian bersama-sama. Mereka sering mempersembahkan puji-pujian yang diringi kecapi, terompet, seruling, canang dan rebana. Kadang-kadang mereka memuji Tuhan dengan memakai gerakan seperti bertepuk tangan, meloncat-loncat penuh sukacita, bersorak-sorai penuh kemenangan.
B. KERINDUAN MELAYANI
1. Pelayanan kepada Tuhan
a.
Definisi Pelayanan
Istilah pelayanan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
diartikan sebagai “orang yang pekerjaannya melayani.” Dalam masyarakat umum
istilah ini dihubungkan dengan hal-hal yang bersifat sosial. Sebagai contoh,
melaksanakan suatu program sosial oleh lembaga tertentu yang dilakukan secara
cuma-cuma. Pelaksanaan program tersebut disebut sebagai pelayanan sosial.
Sedangkan dalam konsep kekristenan, istilah pelayanan dipahami sebagai
melakukan pekerjaan Tuhan. Dan para pelaku yang melakukan pekerjaan Tuhan
disebut sebagai hamba Tuhan atau pelayan Tuhan.
Dalam Alkitab istilah kata asli yang mengacu kepada
pengertian pelayanan, dalam Perjanjian Lama adalah kata Abad dalam bahasa
Ibrani yang memiliki arti to work (bekerja), to perform (melakukan), to serve
(melayani). Dalam Perjanjian Baru memiliki beberapa istilah antara lain Latrueo
dan Leitourgeo yang memiliki arti to serve (melayani).
Jadi setelah dipahami dalam pengertiannya secara umum maupun dalam istilah yang digunakan, maka pelayanan dapat diartikan sebagai tindakan melakukan sesuatu, berbuat sesuatu. Dalam konsep kekristenan pelayanan berarti melayani Allah, dengan tujuan agar supaya nama Allah dimuliakan.
Jadi setelah dipahami dalam pengertiannya secara umum maupun dalam istilah yang digunakan, maka pelayanan dapat diartikan sebagai tindakan melakukan sesuatu, berbuat sesuatu. Dalam konsep kekristenan pelayanan berarti melayani Allah, dengan tujuan agar supaya nama Allah dimuliakan.
b.
Makna Pelayanan
Pelayanan merupakan bagian dari kehidupan orang-orang
percaya. Karena pelayanan merupakan inti kehidupan Kristen. Allah menciptakan
manusia dengan tujuan agar manusia itu dapat melakukan pekerjaan baik, dengan
kata lain yaitu melakukan pelayanan (Ef. 2:10).
·
Dalam Perjanjian Lama
Tidak lepas dari arti kata pelayanan yaitu melayani
Allah, maka dalam Perjanjian Lama, banyak sekali contoh-contoh yang mencatat
orang-orang yang melayani Tuhan dan pada prinsipnya orang-orang ini adalah
orang-orang yang dikehendaki Allah atau ditunjuk oleh Allah untuk melakukan
pekerjaan yang Tuhan tetapkan atas diri mereka. Sebagai contoh Yosua, Samuel,
dan para Hakim-hakim. Artinya bahwa Allah sendirilah yang menetapkan dan
mengurapi dengan Roh Allah kepada hamba-hamba pilihan-Nya untuk melakukan tugas
khusus yang Allah kehendaki untuk supaya mereka lakukan.
Jadi makna pelayanan dalam Perjanjian Lama adalah orang-orang
yang dipakai Tuhan untuk menyelesaikan tugas tertentu yang Tuhan tetapkan atas dirinya.
Artinya orang-orang yang memang dari awal telah ditentukan oleh Allah untuk
melakukan pekerjaan-Nya, (Yer 1:5).
·
Dalam Perjanjian Baru
Ada beberapa makna yang menyangkut tentang pelayanan
dalam Perjanjian Baru, yaitu makna pelayanan menurut Kristus dan makna pelayanan
menurut para rasul.
·
Makna Pelayanan menurut Yesus Kristus
Sebelum memulai pelayanan-Nya, Yesus diteguhkan oleh
Allah (Mat. 3:17) dan melalui masa persiapan (4:1-11). Dalam masa hidup-Nya dan
pelayanan-Nya Yesus menekankan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kerajaan
Allah.
-
Pelayanan adalah memiliki hati untuk menyelamatkan dan
memulihkan. Serta memiliki hati yang penuh kasih (Mat. 9:35-38).
-
Pelayanan disertai oleh kuasa Allah (Mat. 10:1; 5-8).
-
Pelayananan harus dimulai dengan penyangkalan diri
(Mat. 10:34-40).
-
Pelayanan adalah rela berkorban (Mat. 20:20-28). Dalam
melayani dituntut kerelaan untuk berkorban.
-
Pelayanan adalah mempertanggungjawabkan segala sesuatu
yang dibebankan atau dipercayakan kepadanya untuk dilakukan (Mat. 25:19-29).
Ada banyak contoh pelayanan yang dilakukan Kristus
yang menyatakan arti pelayanan itu sendiri. Berikut pelayanan Kristus
dilanjutkan oleh rasul-rasul-Nya yang pada dasarnya memiliki prinsip yang sama
seperti pelayanan Kristus.
·
Makna Pelayanan menurut Rasul-rasul
Dalam memilih orang-orang untuk dilibatkan dalam
pelayanan harus melalui pemilihan dan peneguhan (Kis. 1:15-26).
-
Pelayanan juga disertai dengan tanda-tanda ajaib (Kis.
5:12).
-
Pelayanan adalah melayani orang lain (Kis. 6:1-4).
-
Pelayanan haruslah senantiasa tunduk kepada Allah
(Kis. 10:19-20).
-
Pelayanan adalah mempertanggungjawabkan tugas
pelayanannya (Kis. 11).
-
Pelayanan adalah memberitakan kabar keselamatan (Kis.
2:14-40; 4:1-22; 26:24-32; 28:30-31).
-
Pelayanan senantiasa memiliki semangat (Rm. 12:11).40
c.
Bentuk Pelayanan
Dalam kehidupan kekristenan mengenal begitu banyak
jenis pelayanan yang seluruhnya ditujukan untuk kemuliaan Tuhan, dan untuk memudahkan
pemahaman mengenai bentuk-bentuk pelayanan maka dalam penulisan ini penulis
hanya membatasi contoh-contoh bentuk pelayanan.
·
Pelayanan Musik
Alkitab mencatat bahwa dari mulanya musik telah ada
dalam peradaban manusia (Kej. 4:21), dan musik memiliki kemampuan atau pengaruh
yang sangat besar dalam mengontrol emosi atau hati seseorang, contoh kisah Daud
ketika berada di istana Saul (I Sam. 16:15-23), menunjukkan bahwa musik
memiliki suatu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain.
Selain itu musik juga adalah salah satu cara untuk
mengekspresikan segala sesuatu yang ada dalam diri manusia, contoh seperti yang
dialami oleh bangsa Israel pada saat saat mereka keluar dari perbudakan Mesir,
mereka beribadah kepada Tuhan dengan mengekspresikannya melalui musik (Kel.
15:20).
Dalam Perjanjian Lama, musik memiliki peranan penting
dalam kehidupan umat Israel, dalam perayaan-perayaan seta hari-hari besar dan
dalam ibadah, seringkali menggunakan musik, sebagai contoh raja Daud ketika
berada dalam bait suci, Daud menempatkan para pemuji dan pemusik (I Taw. 16:37,
41-42).
Dalam Perjanjian Baru, walaupun tidak banyak dalam
memberikan informasi mengenai musik, tetapi indikasi musik itu sendiri cukup
banyak, yaitu dalam bentuk nyanyian (Kis. 16:25; Luk. 1:46-55).
Dari penjelasan tersebut diatas penulis ingin menunjukkan bahwa musik memiliki tempat yang penting dalam kehidupan manusia, dan juga memiliki peranan penting dalam pelayanan kepada Allah.
Dari penjelasan tersebut diatas penulis ingin menunjukkan bahwa musik memiliki tempat yang penting dalam kehidupan manusia, dan juga memiliki peranan penting dalam pelayanan kepada Allah.
·
Pelayanan Penginjilan
Istilah yang digunakan yang mengacu kepada pengertian
penginjilan adalah Euangelizo yang berarti berita atau kabar baik yang kemudian
dalam kekristenan dipakai untuk menjelaskan berita tentang Yesus Kristus. Kata
Euangelizo sering digunakan dalam Perjanjian baru yang menyatakan pelayanan
penginjilan. Sebagai contoh dalam pelayanan Yesus (Mat. 11:5; Luk. 7:22).
Penginjilan merupakan bagian dari rencana Allah yang
memiliki tujuan untuk memberikan keselamatan bagi orang yang belum mengenal
Kristus. Gereja dan orang-orang percaya memiliki tugas dan serta tanggung jawab
untuk memenuhi rencana Allah tersebut.
Pelayanan penginjilan memiliki dua ruang lingkup
yakni; pelayanan kepada dunia yang berarti pelayanan keluar mewartakan firman
Allah kepada orang-orang yang belum mengenal Allah, dan pelayanan kepada
gereja, yaitu pelayanan yang membangun serta memperlengkapi tubuh Kristus (Ef.
4:11-12).
·
Pelayanan Profetik
Pelayanan Profetik adalah pelayanan yang mengandung
unsur-unsur atau berita yang dapat menjawab kebutuhan orang percaya. Macam
pelayanan profetik adalah seperti penyampaian nubuatan. Sebagai contoh saat
seorang menyampaikan nubuat dalam suatu ibadah, maka yang terjadi adalah
nubuatan yang disampaikan bisa merupakan teguran kepada umat percaya atau
kepada orang tertentu atau bisa juga merupakan berita yang menguatkan iman
orang percaya atau jemaat Tuhan. Nubuatan itu sendiri adalah berasal dari
bahasa Ibrani yaitu Nabhi yang memiliki arti “berkata-kata untuk orang lain”
dalam bahasa Yunani yaitu Prophetes yang memiliki arti “berkata-kata atas nama
orang lain.”
Pelayanan profetik berfungsi dengan tujuan membawakan
perkataan Tuhan kepada jemaat untuk mengajar, mendorong, menasihati, membangun
dan menghibur diri dan jemaat (I Kor. 14:3-4). Pelayanan profetik yang adalah
memberitakan perkataan Tuhan kepada jemaat, haruslah sesuai dan didasarkan atas
Kitab Suci atau Firman Allah. Karena Firman Allah adalah merupakan pewahyuan
Allah kepada manusia, yang dinubuatkan oleh para nabi baik dalam Perjanjian
Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Dengan kata lain bahwa Firman Allah adalah
kumpulan nubuatan para Nabi, atau disebut sebagai nubuat-nubuat Kitab Suci (II
Ptr. 1:20-21).
d.
Syarat untuk melayani Tuhan
Dewasa ini ada begitu banyak orang yang terlibat dalam
pelayanan. Tetapi apabila dicermati dengan sungguh-sungguh maka ada sebagian
besar orang-orang yang telah terlibat dalam pelayanan pada mulanya mungkin
tertarik ingin mencoba atau terpaksa karena tidak ada orang lain. Ada banyak
hal yang mendasari alasan mereka terlibat dalam pelayanan.
Dalam Alkitab dijelaskan secara tidak langsung tetang kriteria atau syarat seseorang untuk dapat terlibat dalam pelayanan. Sebagai contoh nabi Yesaya (Yes. 6) dan keduabelas murid Yesus (Mrk. 6:7). Penerapan pada masa kini pun tidak jauh berbeda, tetang syarat-syarat apakah, bagi orang-orang yang rindu untuk dapat terlibat dalam pelayanan. Antara lain;
Dalam Alkitab dijelaskan secara tidak langsung tetang kriteria atau syarat seseorang untuk dapat terlibat dalam pelayanan. Sebagai contoh nabi Yesaya (Yes. 6) dan keduabelas murid Yesus (Mrk. 6:7). Penerapan pada masa kini pun tidak jauh berbeda, tetang syarat-syarat apakah, bagi orang-orang yang rindu untuk dapat terlibat dalam pelayanan. Antara lain;
·
Panggilan
Panggilan adalah, Allah menetapkan orang-orang
pilihan-Nya untuk melakukan kehendak-Nya (I Tim. 2:7). Orang percaya dipilih
Allah dan ditetapkan untuk melakukan pekerjaan-Nya.
Panggilan Allah tidak melihat bagaimana keadaan
manusia itu sebelumnya (I Kor. 1:26; 7:17, 20), melainkan karena kasih dan
karunia Allah (Gal. 1:15). Allah sendirilah yang memanggil dan menghendaki
supaya umat-Nya melayani Dia. Sebagai contoh rasul Paulus, dipanggil Allah
untuk memberitakan injil (Kis. 16:10), dipanggil Allah untuk menjadi rasul (Rm.
1:1). Jadi panggilan adalah syarat utama untuk dapat terlibat dalam pelayanan
kepada Allah. Orang-orang percaya dipanggil untuk melayani.
·
Memiliki sikap seorang hamba
Seorang hamba adalah seorang yang tunduk sepenuhnya
kepada tuannya. Seorang yang tidak berhak atas dirinya sendiri, dan seorang
yang hanya bertugas melayani tuannya. Sikap seorang hamba adalah sikap yang
penuh dengan rasa tunduk. Dan pelayanannya tidak menguntungkan bagi dirinya
sendiri, melainkan sepenuhnya melayani tuannya dengan penuh tanggung jawab
sebagai contoh sikap kerendahan hati, menurut Swindol: seorang pelayan adalah
orang yang memiliki sikap yang tidak membela diri manakala diperhadapkan pada
perlawanan, yang menunjukkan adanya suatu kesediaan untuk bertanggung jawab.
Hal praktis tentang sikap seorang hamba menurut Kraeuter adalah: “Orang percaya dapat melayani Tuhan dengan cara beribadah dan mentaati Dia melalui perbuatan dan perkataan. Contoh melayani gereja dengan jalan bertumbuh secara rohani sehingga dapat lebih baik dalam memimpin orang dalam ibadah. Orang percaya juga dapat melayani Tuhan dengan jalan menghormati pendeta melalui perkataan dan perbuatan. Jika setiap hari orang-orang percaya dapat memutuskan bahwa dalam segala sesuatu yang mereka perbuat dan katakan, mereka akan menjadi hamba yang rendah hati seperti Yesus.”
Hal praktis tentang sikap seorang hamba menurut Kraeuter adalah: “Orang percaya dapat melayani Tuhan dengan cara beribadah dan mentaati Dia melalui perbuatan dan perkataan. Contoh melayani gereja dengan jalan bertumbuh secara rohani sehingga dapat lebih baik dalam memimpin orang dalam ibadah. Orang percaya juga dapat melayani Tuhan dengan jalan menghormati pendeta melalui perkataan dan perbuatan. Jika setiap hari orang-orang percaya dapat memutuskan bahwa dalam segala sesuatu yang mereka perbuat dan katakan, mereka akan menjadi hamba yang rendah hati seperti Yesus.”
Jadi dengan demikian, sikap seorang hamba adalah sikap
yang tidak memiliki keinginan lain selain keinginan untuk melayani Tuhan, yang
juga memiliki hati yang terpusat kepada Allah bukan kepada diri sendiri. Sikap
seorang hamba merupakan sikap yang mengerti betapa pentingnya setia dalam
hal-hal yang kecil (Luk. 19:17), dalam arti secara praktis yaitu dalam hal-hal praktikal
mampu menjalankan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dengan baik .
·
Kepribadian yang baik
Kepribadian yang dimaksud adalah, sifat atau watak
yang berkenan di hati Tuhan sesuai dengan Firman Allah. Pentingnya kepribadian
sebagai syarat untuk dapat melayani Allah adalah dengan maksud supaya menjadi
teladan bagi orang-orang yang dilayani. Beberapa contoh kepribadian yang baik,
antara lain; sabar (II Tim. 2:24; Pkh. 10:4), lemah lembut, yang berarti tidak
membalas, penerimaan dengan sukacita atas situasi-situasi yang ada, menanggung
dan menerima ketidak adilan48, penguasaan diri (Gal. 5:23). Dan lain-lain.
e.
Hambatan dalam Pelayanan
Menjadi pelayan Kristus tidak menjamin bahwa dalam
pelayanan akan senantiasa baik-baik saja dan tidak ada jaminan bahwa ketika
melayani Tuhan, maka secara otomatis Allah memberikan “vitalitas rohani”, atau
dengan kata lain bahwa Allah akan selalu memberikan kemampuan kepada
orang-orang percaya untuk mempertahankan kehidupan rohani mereka. Ada kalanya
keadaan rohani mereka akan menjadi lemah, adakalanya keadaan rohani akan
menjadi tidak berdaya dan akan menjadi kering. Dan pada akhirnya hal-hal
tersebut menjadi penghambat dalam efektivitas atau keberhasilan suatu
pelayanan.
Banyak hal yang menjadi penghalang bagi umat Tuhan untuk melayani Allah selain keadaan kerohanian, yaitu antara lain:
Banyak hal yang menjadi penghalang bagi umat Tuhan untuk melayani Allah selain keadaan kerohanian, yaitu antara lain:
·
Motivasi yang salah
Motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu
berarti dorongan yang timbul dalam diri seseorang secara sadar maupun tidak
sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Kesuksesan atau
kegagalan manusia dalam usahanya mencapai sesuatu diawali dari motivasi.
Demikian halnya dalam pelayanan, apabila manusia dalam pelayanannya didorong
dengan motivasi untuk memenuhi ambisi pribadi, maka akan mengalami kegagalan
dihadapan Tuhan. Kegagalan yang dimaksud adalah tidak mempermuliakan nama
Tuhan.
·
Tidak adanya Visi
Visi adalah gambaran mental yang jelas mengenai masa
depan yang lebih baik, yang ditanamkan oleh Allah kepada hamba pilihan-Nya dan
didasarkan pada pemahaman yang akurat tentang Allah, diri sendiri dan situasi
yang ada50. Artinya pemahaman yang akurat dari Allah bahwa visi tersebut
merupakan kehendak Allah di dalam hidup serta pelayanan manusia kepada Allah.
Pemahaman yang akurat tentang diri sendiri adalah visi yang Allah tempatkan
dalam diri orang pilihan-Nya yang melihat kemampuan manusia tersebut. Sedangkan
pemahaman yang akurat tentang situasi yang ada, artinya bahwa visi yang Tuhan
tempatkan dalam diri manusia adalah bersifat relaistis dan bukan berada di
awang-awang.
Dalam kehidupan ke-Kristenan, visi merupakan unsur penting dalam pelayanan kepada Allah. Karena visi akan membantu orang percaya untuk mengerti maksud Allah. Visi akan menuntun orang percaya kepada tujuan Allah bagi umat-Nya.
Dalam kehidupan ke-Kristenan, visi merupakan unsur penting dalam pelayanan kepada Allah. Karena visi akan membantu orang percaya untuk mengerti maksud Allah. Visi akan menuntun orang percaya kepada tujuan Allah bagi umat-Nya.
Dalam suatu pelayanan kepada Allah, apabila tidak
mengetahui visi atau maksud dan tujuan Allah maka pelayanan tersebut tidak ada
faedahnya. Ketiadaan visi merupakan salah satu faktor penghambat pelayanan,
karena akan berakibat umat Allah menjadi tidak tahu arah atau tujuan pelayanan
mereka dan tidak mengerti maksud dan tujuan Allah dalam pelayanan mereka.
·
Pribadi atau diri sendiri
Adakalanya pribadi menjadi penghambat dalam pelayanan.
Sebagai contoh pada saat orang-orang percaya diperhadapkan pada tekanan, permasalahan
hidup, saat itu juga mereka seperti kehilangan sasaran atau fokus atau tujuan
dalam pelayanan mereka. Borthwick mengatakan; kita kehilangan perspektif atau
arah dari prioritas kita, karena kita merasa bahwa kita sendirian di dalam
menghadapi tantangan.
Dapat disimpulkan bahwa permasalahan atau
tekanan-tekanan membuat orang percaya dalam kehidupan pribadi mereka disibukkan
dengan perasaan kesendirian. Maka akibat yang terjadi yaitu prioritas-prioritas
dalam pelayanan tidak lagi menjadi kebutuhan utama yang harus dipenuhi. Dengan
kata lain mejadi tidak maksimal dalam memenuhi kebutuhan dalam pelayanan.
f.
Dampak Pelayanan
Yesus dalam pengajaran-Nya menuntut agar supaya
orang-orang percaya menjadi terang dan garam dunia (Mat. 5:13-16) ditengah
masyarakat yang didominasi oleh egoisme, kepentingan diri sendiri. Artinya
bahwa Yesus menuntut orang-orang percaya yang menjadi pelayan-Nya untuk dapat
menjadi pengaruh atau bahkan memberi dampak. Dampak apa sajakah yang seharusnya
dapat terjadi oleh para pelayan Tuhan dalam pelayanan.
·
Diberkati
Pelayanan kepada Allah adalah pelayanan yang dengan
tujuan menghadirkan hadirat Allah untuk memberkati orang lain. Sebagai contoh
dalam pelayanan pujian dan penyembahan. Orang-orang yang terlibat dalam
pelayanan pujian dan penyembahan adalah orang-orang yang berdiri sebagai wakil
Allah untuk mengantarkan umat Allah supaya dapat menghadap kepada Allah. Ketika
umat Allah menaikkan pujian dan penyembahan mereka kepada Allah, saat itu juga
Allah memberkati segala kebutuhan mereka, mengerti segala pergumulan mereka,
memberi jalan keluar bagi permasalahan mereka. Menurut Kraeuter, orang yang
melayani membawa dampak yaitu: “Menolong orang lain untuk mencapai apa yang
Tuhan rencanakan bagi mereka.”
·
Bertumbuh secara rohani
Pelayanan dewasa ini ada berbagai macam bentuk seperti
antara lain: pelayanan mimbar, pelayanan pujian dan penyembahan dll. Semua
pelayanan yang Allah kehendaki bertujuan untuk membangun, mengajar, menguatkan
tiap-tiap orang percaya dalam suatu tubuh Kristus. Sebagai contoh pelayanan
mimbar atau pelayanan memberitakan Firman Allah. Pelayanan memberitakan Firman
Allah merupakan saranan yang efektif untuk dapat meningkatkan kualitas
kerohanian jemaat. Karena pelayanan ini bertujuan untuk mengajar, membangun,
menasihati, mendorong. Melalui pelayanan memberitakan Firman Allah, maka jemaat
akan diajarkan mengenai kebenaran-kebenaran Firman Allah. Dengan demikian
jemaat dapat bertumbuh secara rohani, sebagai akibat dari dampak pelayanan
Firman Allah.
·
Membawa jiwa bagi Kristus
Allah memiliki tujuan, yaitu supaya semua orang dapat
mengenal Kristus. Itu sebabnya Allah memanggil orang-orang percaya untuk
terlibat dalam Missi Allah melalui penetapan atas diri mereka sebagai pelayan
Tuhan. Salah satu pelayanan yang Tuhan tetapkan dalam tubuh Kristus adalah
sebagai penginjil. Penginjil merupakan bentuk pelayanan kepada Allah yang
melayani dalam pemberitaan Injil. Ketika pemberitaan Injil disampaikan maka
akan terjadi pertobatan jiwa walaupun pertobatan itu sendiri ditentukan oleh keputusan
masing-masing orang. Sebagai contoh Kisah para rasul 8:26-40 mencatat tentang
pelayanan pemberitaan Injil oleh Filipus kepada Sida-sida Etiopia. Sehingga
membawa keselamatan bagi Sida-sida tersebut.
2. Kerinduan Melayani
a.
Arti Kerinduan Melayani
Merupakan suatu kondisi orang-orang percaya yang
mengasihi Allah, sehingga sifat-sifat Allah ada dalam diri mereka yang kemudian
menjadi motivasi untuk dapat melayani, baik kepada Allah maupun kepada sesama.
Kerinduan melayani sesama timbul sebagai akibat pengalaman-pengalaman pelayanan
bersama dengan Allah yang telah lalu membangkitkan semangat orang-orang percaya
untuk melayani. Kerinduan melayani sesama merupakan kondisi orang-orang percaya
pada saat mereka mulai memahami, mengerti kebutuhan orang lain lalu memutuskan
untuk melayani mereka. Pada saat seseorang mengalami jamahan secara pribadi
bersama dengan Tuhan maka dalam hati mereka timbul suatu keinginan untuk
menyenangkan hati Tuhan. Salah satu upaya mereka untuk dapat menyenangkan hati
Tuhan adalah dengan melayani Dia.
b.
Faktor-faktor yang menopang Kerinduan Melayani
·
Kasih kepada sesama
Kasih merupakan motivator yang membuat seseorang untuk
melayani. Yesus pada saat melihat kebutuhan orang lain, maka tergeraklah
hati-Nya oleh belas kasihan.53 Warren mengatakan: “Jika saya tidak memiliki
kasih kepada orang lain, tidak ada kerinduan untuk melayani orang lain,
seharusnya saya bertanya-tanya apakah Kristus sungguh-sungguh ada dalam
kehidupan saya.”
Dengan demikian, bahwa kasih adalah dasar dari
pelayanan kepada sesama, karena dengan kasih, orang percaya mampu melihat dan
memahami kebutuhan orang lain. Jadi kasih merupakan dasar kerinduan umat Allah
yang ingin melayani.
·
Visi
Masing-masing orang dipanggil untuk menjadi bagian
dalam tubuh Kristus, dipanggil untuk melayani Allah. Pelayanan yang dilakukan
diharapkan mampu menggenapi visi Allah yang telah ditempatkan di dalam setiap
hati orang percaya.
Visi adalah merupakan gambaran yang terpampang
mengenai sesuatu yang dapat terjadi atau harus terjadi di masa mendatang.
Artinya bahwa ada perubahan yang dikehendaki atau kenyataan, keadaan yang akan
datang yang melebihi keadaan serta kenyataan saat ini. Dan hal itu
membangkitkan semangat serta kerinduan untuk melayani Tuhan. Visi diberikan
oleh Allah kepada umat-Nya dengan maksud agar supaya orang-orang percaya
melayani Allah sesuai dengan kehendak-Nya. Visi memberikan semangat serta
memberikan kerinduan dalam melayani Allah. Karena ada tujuan yang harus
dicapai.
·
Pengalaman bersama dengan Allah
Oleh Kasih karunia Allah, umat Allah atau orang-orang
percaya dapat melayani. Pengalaman bersama dengan Allah merupakan kasih karunia
Allah. Karena pengalaman tersebut merupakan pengalaman orang-orang percaya yang
mengalami jamahan Tuhan serta pertolongan-Nya secara pribadi. Bagi mereka yang
mengalami Tuhan secara pribadi dalam kehidupan mereka, melayani bukanlah suatu
pilihan namun hal ini merupakan suatu keputusan orang percaya sebagai bentuk
ungkapan syukur kepada Tuhan yaitu melayani. Pada saat orang-orang percaya
mengalami pertolongan Tuhan dan jamahan Tuhan atas kehidupan mereka. Dari dalam
hati mereka timbul suatu keinginan untuk mengucap syukur atas pertolongan-Nya.
Suatu tindakan yang muncul sebagai respon manusia adalah ingin melayani-Nya.
Pengalaman bersama dengan Allah memberikan suatu
kerinduan kepada Allah akan pengenalan terhadap pribadi-Nya. Semakin rindu
orang percaya untuk mengenal-Nya, semakin ingin melakukan sesuatu sebagai
ucapan syukur kepada-Nya untuk menyenangkan-Nya. Tindakan yang tepat untuk
menyenangkan hati-Nya adalah melayani Dia.
c.
Faktor Penghambat Kerinduan Melayani
·
Rendah diri
Banyak orang yang rindu melayani Allah, tetapi
sayangnya kerinduan tersebut tertutupi oleh keberadaan diri mereka sendiri.
Sebagai contoh, rendah diri. Sikap rendah diri yang ada dalam diri seseorang
membuat pola pikir seseorang yang bersangkutan tersebut menjadi minder, merasa
tidak mampu. Akibatnya menjadi takut untuk mengambil keputusan.
Orang percaya yang sebenarnya memiliki kerinduan untuk melayani Allah kandang kala dihambat oleh keadaan diri mereka sendiri seperti rasa rendah diri tersebut. Hal ini merupakan penghambat bagi seseorang untuk melayani, maju, bertumbuh.
Orang percaya yang sebenarnya memiliki kerinduan untuk melayani Allah kandang kala dihambat oleh keadaan diri mereka sendiri seperti rasa rendah diri tersebut. Hal ini merupakan penghambat bagi seseorang untuk melayani, maju, bertumbuh.
·
Keluarga yang tidak mendukung pelayanan
Keluarga adalah merupakan wadah dimana manusia
bertumbuh, belajar, bergaul dan lain sebagainya. Keluarga adalah pengaruh utama
atas kehidupan seseorang, khususnya kepada anggota keluarga itu sendiri. Banyak
hal yang membentuk kepribadian seorang anak, bahkan latar belakang atau kondisi
suatu keluarga juga memiliki pengaruh terhadap kepribadian seorang anak.
Sebagai contoh dalam Firman Allah, Paulus sangat menyadari betapa keluarga
memiliki arti dan fungsi yang sangat penting bagi kelangsungan hidup, maupun
dalam menentukan makna dan tujuan hidup seseorang. II Timotius 1:5, Paulus
menunjukkan kepada Timotius kualitas penting yang ia peroleh melalui orang
tuannya. Dia mengatakan “sebab aku teringat akan iman mu yang tulus ikhlas,
yaitu iman yang pertama-tama dalam nenekmu Lois dan di dalam ibu mu Eunike dan
yang aku yakin hidup juga dalam dirimu. Disini Paulus menyadari bahwa keluarga
memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting.
Orang tua sangat mempengaruhi kehidupan seorang anak.
Dalam pengambilan suatu keputusanpun terkadang pihak anggota keluarga yang lain
yang ingin untuk dapat terlibat dalam pelayanan pun tidak memiliki hak dalam
mengambil keputusan. Keluarga yang tidak mengizinkan anggota keluarga yang lain
atau anaknya untuk terlibat dalam suatu pelayanan merupakan penghambat.
C. KORELASI PUJIAN DAN PENYEMBAHAN TERHADAP KERINDUAN
MELAYANI
1. Pujian dan penyembahan membuat seseorang semangat
untuk melayani Tuhan.
Pujian dan penyembahan membawa seseorang semakin
mengenal Allah dan semakin menyadari kasih Allah dalam hidupnya, ia juga
menyadari kebaikan Allah dan pertolongan Allah dalam kehidupannya. Keadaan
tersebut akan membuat seseorang melakukan apa saja yang Allah kehendaki dalam
kehidupannya, termasuk diantaranya adalah melayani Tuhan. Sebagai contoh rasul
Petrus, ketika Yesus bertanya kepadanya, jika ia (Petrus) mengasihi-Nya, maka
Yesus meminta nya untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Dalam arti melayani Dia
(Yoh. 21:15-17).
2. Pujian dan penyembahan membuat seseorang rindu untuk
memberitakan injil.
Pujian dan penyembahan dan penginjilan merupakan suatu
kesatuan, artinya bahwa dalam pujian dan penyembahan sedang menceritakan
keagungan Allah, ke- Maha Kuasaan Allah serta perbuatan-perbuatan-Nya kepada
orang lain (Mzm. 40:4). Sebagai contoh Paulus dan Silas menaikkan pujian dan
penyembahan ketika mereka sedang berada dalam penjara (Kis. 16:25). Mereka
melakukan penginjilan melalui pujian dan penyembahan, sehingga kepala penjara
bertobat beserta seluruh keluarganya (ay. 30-34).
Seseorang yang memuji dan menyembah Allah, berarti
bahwa ia bersyukur atas kasih dan karunia Allah, atas ke-Maha Kuasaan Allah
dalam hidupnya. Sehingga ia rindu untuk apa yang telah Allah perbuat dalam
hidupnya supaya orang lain juga mengalaminya, dengan cara memberitakan injil.
3. Pujian dan penyembahan menyebabkan seseorang semakin
mengenal Allah.
Pujian dan penyembahan merupakan wadah dimana umat
Allah dapat bersekutu dengan Allah. Pujian dan penyembahan memimpin persekutuan
orang-orang percaya kepada Allah.58 Persekutuan dengan Allah membuat
orang-orang lebih mengenal Allah, mengenal kasih karunia-Nya, kebesaran-Nya,
serta kemurahan-Nya. Semakin orang percaya membangun hubungan dengan Allah
melalui pujian dan penyembahan, semakin mereka mengenal Allah dalam kehidupan
mereka.
4. Pujian dan penyembahan mempererat hubungan sesama
tubuh Kristus.
Pujian dan penyembahan yang dinaikkan kepada Allah
dengan bersehati memuliakan Allah, akan dapat meningkatkan ikatan kasih kepada
sesama. Sehingga anggota tubuh Kristus akan merasa satu dalam Tuhan Yesus
Kristus. Melalui pujian dan penyembahan membuat suatu kesadaran bahwa orang
yang memuji dan menyembah Allah tidak merasa sendiri, melainkan ia termasuk
bilangan orang-orang percaya yang memuji dan menyembah Tuhan.
Persekutuan orang-orang percaya yang memuji dan menyembah Allah, membuat mereka dapat mengerti satu dengan yang lain, menerima segala kelebihan dan kekurangan, memahami kebutuhan satu dengan yang lain dengan cara mengaplikasikan kasih yang merupakan perintah Allah dalam firman-Nya.
Persekutuan orang-orang percaya yang memuji dan menyembah Allah, membuat mereka dapat mengerti satu dengan yang lain, menerima segala kelebihan dan kekurangan, memahami kebutuhan satu dengan yang lain dengan cara mengaplikasikan kasih yang merupakan perintah Allah dalam firman-Nya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pujian dan
penyembahan yang dinaikan kepada Allah oleh orang-orang percaya dalam tubuh
Kristus, akan mempererat persekutuan diantara mereka. Akibat yang timbul,
mereka dapat saling memahami kebutuhan, saling membangun, saling menerima,
saling menolong dan saling menguatkan.
5. Pujian dan penyembahan membuat seseorang rindu untuk
menolong sesama.
Allah menyatukan sifat serta gambar diri-Nya dalam
diri manusia pada saat mereka memuji dan menyembah Allah. Ketika umat Allah
menyambut-Nya dalam pujian dan penyembahan berarti mereka mengizinkan Allah
untuk berkuasa atas kehidupan mereka. Sehingga sifat-sifat Allah
termanifestasikan dalam kehidupan orang-orang percaya kepada sesama. Sebagai
contoh mengasihi sesama adalah tindakan penyembahan Sang Pencipta Kasih yaitu
Allah.59 Ketika manusia mengasihi sesama maka ekspresi yang diwujudkan dalam
mengungkapkan rasa kasih mereka adalah menolong sesama.